Kamis, 17 November 2011

sharing with kak Ganda simatupang


Sharing serta diskusi pada mata kuliah Bimbingan Konseling pada tanggal 15 November 2011 dengan pembicara Ganda Simatupang dimana kak ganda juga merupakan alumni S1 dan S2 Psikologi USU.
Kak Ganda bekerja di sebuah perusahaan penyedia konselor yang terletak di gedung Binus dan aktif sebagai konselor sekolah di beberapa sekolah termasuk sekolah Sutomo Medan.
Hasil diskusi:
  1. Apa itu Konseling Sekolah? Apa perbedaannya dengan BP?
Konseling adalah proses mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan jiwa-jiwa yang membutuhkan. Hal yang paling penting ialah konselor harus menghargai jiwa-jiwa yang datang, bukan sekedar hanya untuk menuntaskan tugas-tugasnya dalam jabatan.
Guru BP tidak melakukan peran sebagai konselor di sekolah-sekolah sekarang ini. Pihak sekolah tidak menempatkan orang-orang yang berkompeten untuk mengisi posisi ini. Sekolah melihat tidak ada keuntungan dengan menempatkan orang yang profesional sehingga menempatkan guru-guru yang tidak memiliki pekerjaan pada posisi ini.
  1. Siapa yang paling cocok untuk menjadi konselor sekolah?
Pertama-tama kak Ganda menjelaskan bahwa semua orang yang terlatih untuk melakukan proses konseling dapat menjadi konselor. Pendeta, Ustad dapat melakukan proses konseling, bahkan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan dapat melakukannya. Sebagai konselor, lulusan Jurusan Psikologi dan lulusan akademik Bimbingan Sekolah tidak terdapat perbedaan yang signifikan, karena lulusan akademik juga sudah mulai mempelajari konseling tidak hanya berdasarkan teori akademik tetapi juga dengan perasaan dan melihat dari sisi kepribadian.
  1. Peluang kerja konselor
Sekolah-sekolah di Medan sekarang ini belum menempatkan konselor-konselor profesional di sistem ajarannya. Sepengetahuan Kak Ganda hanya tiga sekolah yang telah menempatkan konselor profesional di sekolahnya. Kebanyakan sekolah bergikir bahwa mereka dapat menyelesaikan masalah mereka sendiri, mungkin dengan cara menghukum menghormat bendera satu harian, dll.
Menurut Kak Ganda, idealnya 1 konselor melayani 50 siswa walaupun untuk sekarang ini masih terlihat mustahil. Di sekolah Sutomo, tempat Kak Ganda bekerja terdapat 3 konselor untuk 3000 siswa.
Menurut Kak Ganda, pihak-pihak sekolah lebih tertarik kepada pelamar dari jurusan psikologi, yang melamar sebagai konselor. Hal ini membuat peluang kerja bagi konselor khususnya mahasiswa psikologi cukup besar.
  1. Kelemahan konselor sekolah saat ini:
    1. sekolah-sekolah kurang menghargai konselor sekolah, karena pihak sekolah tidak mengetahui fungsi dari konselor sekolah
    2. pihak sekolah merasa rugi untuk membiayai konselor
    3. pihak sekolah mempunyai cara penyelesaian masalah sendiri, seperti memberi hukuman menghormat bendera, SPO, dll.









Kamis, 03 November 2011

Hasil diskusi dan tanya jawab presentasi kel 6 (Asas-asas layanan bimbingan "konseling")

http://amieanugrah.blogspot.com/Secara umum, presentasi kali ini membahas mengenai hal-hal yang harus diperhatikan di dalam komunikasi antarpribadi di dalam konseling, kondisi eksternal (setting ruangan), kondisi internal (bagaimana sikap, kepercayaan dan kepribadian konseli dan konselor berpengaruh terhadap sesi konseling), teknik-teknik konseling verbal dan nonverbal beserta bagaimana peran tenaga pengajar di dalam proses konseling. Berikut ini akan dibahas pertanyaan yang muncul di sesi :

TANYA JAWAB
Teknik-teknik di dalam konseling dapat dibedakan menjadi dua yaitu teknik konseling verbal dan teknik konseling nonverbal. Tidak harus semua teknik digunakan di dalam proses konseling, teknik tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, misalnya : teknik probing dapat digunakan ketika konseli hanya memberikan informasi yang sangat terbatas kepada konselor, contoh :
Konseli (Ki) : Saya merasa sedih..
Konselor (Kr) : Apa yang membuat anda merasa sedih?
Ki : keluarga..
Kr : Apa yang terjadi di dalam keluarga?
Setiap teknik memiliki manfaat masing-masing sehingga tidak dapat dikategorikan mana teknik yang paling penting.

ROLE PLAY 
Sesi presentasi pada hari selasa tanggal 25 Oktober 2011 (kamis) diisi dengan sesi role play dimana semua peserta presentasi ikut serta di dalamrole play sehubungan dengan teknik konseling verbal yang ada di buku. Peserta dibagi ke dalam 3 kelompok, dan setiap kelompok menyusun role play yang berkaitan dengan teknik-teknik konseling tersebut. Tujuan diadakannya role play adalah membuat peserta lebih semangat di dalam mengikuti jalannya presentasi, selain itu peserta dapat lebih memahami teknik-teknik konseling dengan cara mempraktikkannya. Berikut adalah hasil dokumentasi dari sesi role play :


Kelompok 1





kelompok 2




Kelompok 3


Daftar Pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abadi

Kelompok 6